Kamis

Fakta Mengejutkan Tentang Rokok




Perhatikanlah fakta-fakta yang mengejutkan berikut tentang rokok dan perokok di Indonesia dan dunia:


  1. Sejauh ini, tembakau berada pada peringkat utama penyebab kematian yang dapat dicegah di dunia. Tembakau menyebabkan satu dari 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia, dan mengakibatkan 5,4 juta kematian tahun 2006. Ini berarti rata-rata satu kematian setiap 6,5 detik. Kematian pada tahun 2020 akan mendekati dua kali jumlah kematian saat ini jika kebiasaan konsumsi rokok saat ini terus berlanjut. [1]
  2. Diperkirakan, 900 juta (84 persen) perokok sedunia hidup di negara-negara berkembang atau transisi ekonomi termasuk di Indonesia. The Tobacco Atlas mencatat, ada lebih dari 10 juta batang rokok diisap setiap menit, tiap hari, di seluruh dunia oleh satu miliar laki-laki, dan 250 juta perempuan. Sebanyak 50 persen total konsumsi rokok dunia dimiliki China, Amerika Serikat, Rusia, Jepang dan Indonesia. Bila kondisi ini berlanjut, jumlah total rokok yang dihisap tiap tahun adalah 9.000 triliun rokok pada tahun 2025. [1]
  3. Di Asia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai 146.860.000 jiwa. Namun, sampai saat ini Indonesia belum mempunyai Peraturan Perundangan untuk melarang anak merokok. Akibat tidak adanya aturan yang tegas, dalam penelitian di empat kota yaitu Bandung, Padang, Yogyakarta dan Malang pada tahun 2004, prevalensi perokok usia 5-9 tahun meningkat drastis dari 0,6 persen (tahun 1995) jadi 2,8 persen (2004). [1]
  4. Peningkatan prevalensi merokok tertinggi berada pada interval usia 15-19 tahun dari 13,7 persen jadi 24,2 persen atau naik 77 persen dari tahun 1995. Menurut Survei Global Tembakau di Kalangan Remaja pada 1.490 murid SMP di Jakarta tahun 1999, terdapat 46,7 persen siswa yang pernah merokok dan 19 persen di antaranya mencoba sebelum usia 10 tahun. “Remaja umumnya mulai merokok di usia remaja awal atau SMP,” kata psikolog dari Fakultas Psikologi UI Dharmayati Utoyo Lubis. [1]
  5. Sebanyak 84,8 juta jiwa perokok di Indonesia berpenghasilan kurang dari Rp 20 ribu per hari–upah minimum regional untuk Jakarta sekitar Rp 38 ribu per hari. [2]
  6. Perokok di Indonesia 70 persen diantaranya berasal dari kalangan keluarga miskin. [3]
  7. 12,9 persen budget keluarga miskin untuk rokok dan untuk orang kaya hanya sembilan persen. [3]
  8. Mengutip dana Survei Ekonomi dan Kesehatan Nasional (Susenas), konsumsi rumah tangga miskin untuk tembakau di Indonesia menduduki ranking kedua (12,43 persen) setelah konsumsi beras (19.30 persen). “Ini aneh tatkala masyarakat kian prihatin karena harga bahan pokok naik, justru konsumen rokok kian banyak,” [3]
  9. Orang miskin di Indonesia mengalokasikan uangnya untuk rokok pada urutan kedua setelah membeli beras. Mengeluarkan uangnya untuk rokok enam kali lebih penting dari pendidikan dan kesehatan. [3]
  10. Pemilik perusahaan rokok PT Djarum, R. Budi Hartono, termasuk dalam 10 orang terkaya se-Asia Tenggara versi Majalah Forbes. Ia menempati posisi kesepuluh dengan total harta US$ 2,3 miliar, dalam daftar yang dikeluarkan Kamis (8/9/2005). [4]
  11. Sekitar 50% penderita kanker paru tidak mengetahui bahwa asap rokok merupakan penyebab penyakitnya. [5]
  12. Dari 12% anak-anak SD yang sudah diteliti pernah merasakan merokok dengan coba-coba. Kurang lebih setengahnya meneruskan kebiasaan merokok ini. [5]
  13. Besaran cukai rokok di Indonesia dinilai masih terlalu rendah. Saat ini, besarnya cukai rokok 37 persen dari harga rokok. Bandingkan dengan India (72 persen), Thailand (63 persen), Jepang (61 persen). [6]
  14. Sebanyak 1.172 orang di Indonesia meninggal setiap hari karena tembakau. [7]
  15. 100 persen pecandu narkoba merupakan perokok. [8]
  16. Perda DKI Jakarta No 2 Tahun 2005, Pasal 13 ayat 1: Tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja dan tempat yang secara spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan dilarang merokok. — Pelanggarnya diancam dengan sanksi pidana berupa denda maksimum Rp 50 juta, atau 6 bulan kurungan. Kenyataannya, Perda ini seperti dianggap tidak ada oleh perokok, dan pemerintah pun tidak tegas dalam menjalankannya.

Hmm, seandainya pemerintah dapat tegas menjalankan Perda di atas, mungkin hutang pemerintah akan langsung lunas dibayar para perokok…  Selain itu tentunya akan mengurangi pencemaran udara, membuat masyarakat lebih sehat, mengurangi angka kemiskinan, dan mengurangi angka kriminalitas.

Di antara 16 fakta di atas, fakta mana yang paling mengejutkan untuk Anda? Kalau untuk saya, fakta nomor 5 yang paling mengejutkan. Saya jadi ingat kata-kata: tidak ada perokok yang terlalu miskin untuk membeli rokok. Tampaknya kata-kata itu ada benarnya. Mereka lebih memilih rokok dibandingkan kebutuhan pokok mereka lainya.

sumber : http://zonabiru.blogspot.com/fakta-mengejutkan-tentang-rokok




Jangan lupa di like Gan

Tips belajar Sholat khusyu

Bismillahirromannirrohim

Assalammualaikum...

Sebenarnya Sholatku pun Blum khusyu tapi bagi kaum muslimin dan muslimat yang ingin belajar agar Sholat khusyu di persilahkan ikut Tips saya, kalau ada tambahan lagi syarat Sholat khusyu silahkan kirim ke email saya dan akan saya posting agar dapat di baca umat islam lainnya untuk pembelajaran ataupun yg cuman sekedar membaca.
Mari bersama kita Belajar...karena Sholatkupun masih amburadul kalau kata bahasa pasarannya...

sekali lagi Bagi yang berminat Silahkan dibaca, Bagi yang berilmu tinggi Mohon petunjuk...

1. Mempelajari dan Memahami Arti dan Makna Bacaan Sholat :  hal ini dilakukan sebelum waktu sholat jangan pas sedang sholat baru mikirin apa artinya dan apa yg kita ucapkan dalam sholat...

2. Memperhatikan Kondisi Tubuh Sebelum Sholat :  ingatin diri sudah ambil wudhu apa blum, buang air kecil , minum sebelum wudhu, atau lakukan hal hal kecil lainnya, karena syaitan suka mengganggu dari hal hal kecil, setelah itu ambil wudhu

3. Memperhatikan Kondisi Lingkungan Sebelum Sholat : jangan sholat di tengah jalan, gw jamin pasti ngak bkal bisa khusyu....

4. Sholat Tepat Waktu dan Tidak Terburu-Buru : tidak tepat waktupun tidak mengapa, asal jangan di waktu waktu (genting) akhir jam sholat, sudah tentu pasti akan terburu buru dan tidak khusy karena mikirin waktu sholat akan berakhir..

5 Pusatkan Pikiran Hanya Kepada Allah SWT : sebelum baca niat usahakan terlebih dahulu pusatkan pikiran hanya kepada Allah Swt

6. Menyadari Bahwa Kita akan Menghadap Tuhan : hal ini juga dilakukan sebelum baca niat...

7. Jika Pikiran masih Terganggu Segera geser sejadah (jika sholat sendiri) jika sholat berjamaah tidak perlu di geser geser ntar di marahi ama penjaga mesjidnya: ucapkan auzubillah...hingga hati tenang lalu ulang lagi dari no 5

8. Menganggap Sholat Yang Sedang Dilakukan adalah Sholat Terakhir : sebelum baca niat juga...di renungkan setelah dapat hal ke 5 dan ke 6....pikirkan semua dosa dosa kita

9.  Ikhlas Semata-Mata Untuk Mendapatkan Ridho Allah SWT : Sambil baca niat...lalu lanjutkan sholat anda

10. Berusaha Untuk Selalu Memperbaiki Sholat Kita : setelah sholat menurut ku sih bagusnya sujud sawi (seperti yg di ajarkan nabi n guruku) memohon ampunan atas ketidak sempurnaan sholat kita ataupun hafalan sholat kita, hal ini dilakukan kalau sholat sendiri saja...kalau berjamaah cukup memohon ampunan atau istifar.....ntar di kira jamaah lain loe dari aliran kungfu mane lagi....(maklum jaman sekarang, haji mabrur aja hampir mau di sahkan dpr n mui..artinya kalau ngak ada pengakuan dari mui n dpr berarti hajinya ngak sah: ( hiks)



By
Ayunan Cerita Rakyat
Jangan lupa di like Gan

Rabu

Waspadai Langkah-Langkah Syetan!

Memang, Al-Qur’an tuhtak henti-hentinya menerbitkan decak kagum bagi yang mentadabburinya. Bagai lautan luas, semakin diselami, semakin banyak rahasia terkuak. Asyik, mengajak kita melanglang-buana pada naikan dan turunannya. bagai bukti dan ngarai. Detail, seluruh ibarat-ibaratnya begitu rinci menggambarkan hakikat kehidupan. Bagai lukisan, ceruk-ceruknya nampak jelas saat di-zoom. Sayang kita tidak bisa bahasa Arab. Atau kalau bisa pun tidak menguasai balaghah dan fashahah secara baik. Maka tak heran jika dalam sejarah kita temukan orang-orang Arab, yang kafir sekalipun, mengakui keagungan Al-Qur’an dari sisi bahasanya. Lalu kalau ada rezki hidayah, ia akan mengatakan, “Ini tentu bukan kata-kata Muhammad, ini kata Tuhan-nya Muhammad.”

Bagi yang hatinya tertutup dari cahaya hidayah, ia akan mengatakan, “Kata-katanya adalah sihir, yang bisa memisahkan antara orang tua dengan anaknya, suami dengan istrinya, dan saudara dengan saudaranya.”

Al-Qur’an, ya Allah senang banget punya Al-Qur’an, yang dipelihara Allah sampai hari Kiamat. Yang tak ada perubahan pada surat, ayat, kata, bahkan huruf-hurufnya. Yang kalau ada yang mau coba-coba merubahnya, pasti deh akan ketahuan. Salah satu bentuk penjagaan Allah adalah dengan banyaknya orang yang menghapal Al-Qur’an. Hebatnya lagi, banyak di antara yang menghapalnya itu tidak mengerti bahasa Arab. Ini mungkin mukjizat tersendiri. Gak ngerti, tapi hapal. Kayak orang ngapalin suara burung aja. Sedangkan banyak teks yang dimengerti saja sedikit orang yang hapal. Ada gak yang hapal UUD 45, kayaknya gak ada. Wallahu A’lam. Mungkin pemerintah Indonesia perlu menyelenggarakan acara lomba Tahfizh UUD 45, biar warga negaranya mau menghapal. Hehehe.

Saya tadi mau ngomongin detail-detail bahasa Al-Qur’an. Mungkin semuanya detail. Semuanya rinci. Soalnya saya belum mentadabburi semuanya. Sebut saja misalnya firman Allah,

“Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan…” (QS. Al-Baqarah: 208).

Allah menggunakan kata khuthuwat. Yang artinya langkah-langkah, tahap-tahap, rencana demi rencana, khuthwatan khuthwatan. Pakai jama’, bukan mufrad. Subhanallah.

Syetan memang mengajak mangsanya melakukan dosa dan kemaksiatan. Kalau bisa langsung dosa syirik yang gak bakalan diampuni sama Allah. Yang untuk itu tidak langsung dijorokin ke dosa-dosa tersebut. Ia pakai strategi dan menggunakan tahapan-tahapan, digiring dulu mangsanya untuk melakukan muqaddimah-muqaddimah. Awalnya mungkin baik, mulia, tulus, indah. Mungkin ini sebagai tes untuk melakukan tahapan-tahapan berikutnya.

Apalagi pada ayat tadi yang panggil Allah orang-orang yang beriman. Yang dalam hati mereka sudah ada iman. Sekecil apapun keimanan itu, masih takut sama dosa, masih malu sama kemaksiatan. Makanya syetan pakai strategi dan tahapan-tahapan. Tidak mungkin ia langsung menyuruh orang beriman langsung melakukan zina, misalnya, na’udzu billah. Atau langsung menyembah berhala. Atau langsung korupsi. Atau langsung membunuh. Karena orang beriman tahu dosa-dosa itu.

Untuk perbuatan zina misalnya, mungkin syetan pakai langkah-langkah yang baik pada awalnya, silaturahim lawan jenis, ta’aruf, saling mengingatkan dalam kebaikan, bangunin qiyamul-lail, ngingetin pengajian, ah macem-macem dah. Jika sukses, ia akan mengajaknya menggunakan langkah-langkah follow up-nya, dan seterusnya dan seterusnya. Saya juga gak tau persis, langkah-langkah apa selanjutnya, tentu ini rahasia syetan.

Pokoknya kita harus waspada saja. Kalau ujung-ujung adalah kemaksiatan dan dosa, nah pasti itu langkah-langkah syetan, khuthuwat syaithan. Terhadap masing-masing orang bisa jadi berbeda-beda langkah dan strateginya, juga mungkin beda sasarannya dosanya. Ingat kan kisah pendeta Barsisa? Ingat juga kisah Al-Abid An-Nasik yang akhirnya gak jadi menebang pohon yang dijadikan sesembahan itu? Wallahu A’lam.


Jangan lupa di like Gan

Ciri Orang Besar Memulai Perubahan

Pagi  yang indah selalu dihadirkan Allah SWT untuk kita yang memiliki keterpautan hati dan bisa merasakan betapa besar Cinta-Nya pada hambanya. Mata yang masih bisa melihat Keindahan itu, udara yang masih bisa kita hirup, aliran darah dan denyut nadi yang masih bisa kita rasakan, menunjukkan jika kita masih diberi eksistensi oleh-Nya.  Rasulullah SAW yang melihat umatnya dari syurga Firdaus-Nya, mendoakan kita yang tak kenal letih memperjuangkan risalah dakwah untuk kejayaan Islam di Bumi Allah ini. Semoga kelak kita semua dikumpulkan bersama Baginda Rasul dan para keluarga serta sahabat.

Terkadang kita ini terlalu banyak menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi dan potensi kita untuk memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan kesalahan, keburukan, maupun kelalaian. Namun ternyata sikap kita yang kita anggap kebaikan itu tidak efektif untuk memperbaiki yang kita anggap salah. Banyak orang yang menginginkan orang lain berubah, tapi ternyata yang diinginkannya itu tak kunjung terwujud. Kita sering melihat orang yang menginginkan Indonesia berubah. Tapi, pada saat yang sama, ternyata keluarganya ‘babak belur’, di kampus tak disukai, di lingkungan masyarakat tak bermanfaat. Itu namanya terlampau muluk.

Jangankan mengubah Indonesia, mengubah keluarga sendiri saja tidak mampu. Banyak yang menginginkan situasi negara berubah, tapi kenapa merubah sikap adik saja tidak sanggup. Jawabnya adalah: kita tidak pernah punya waktu yang memadai untuk bersungguh-sungguh mengubah diri sendiri. Tentu saja, jawaban ini tidak mutlak benar. Tapi jawaban ini perlu diingat baik-baik.  Siapa pun yang bercita-cita besar, rahasianya adalah perubahan diri sendiri. Ingin mengubah Indonesia, caranya adalah ubah saja diri sendiri. Betapapun kuatnya keinginan kita untuk mengubah orang lain, tapi kalau tidak dimulai dari diri sendiri, semua itu menjadi hampa. Setiap keinginan mengubah hanya akan menjadi bahan tertawaan kalau tidak dimulai dari diri sendiri. Orang di sekitar kita akan menyaksikan kesesuaian ucapan dengan tindakan kita.

Boleh jadi orang yang banyak memikirkan diri sendiri itu dinilai egois. Pandangan itu ada benarnya jika kita memikirkan diri sendiri lalu hasilnya juga hanya untuk diri sendiri. Tapi yang dimaksud di sini adalah memikirkan diri sendiri, justru sebagai upaya sadar dan sungguh-sungguh untuk memperbaiki yang lebih luas.  Perumpamaan yang lebih jelas untuk pandangan ini adalah seperti kita membangun pondasi untuk membuat rumah. Apalah artinya kita memikirkan dinding, memikirkan genteng, memikirkan tiang yang kokoh, akan tetapi pondasinya tidak pernah kita bangun. Jadi yang merupakan titik kelemahan manusia adalah lemahnya kesungguhan untuk mengubah dirinya, yang diawali dengan keberanian melihat kekurangan diri.

Pemimpin mana pun bakal jatuh terhina manakala tidak punya keberanian mengubah dirinya. Orang sukses mana pun bakal rubuh kalau dia tidak punya keberanian untuk mengubah dirinya. Kata kuncinya adalah keberanian. Berani mengejek itu gampang, berani menghujat itu mudah, tapi, tidak sembarang orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri. Ini hanya milik orang-orang yang sukses sejati.  Orang yang berani membuka kekurangan orang lain, itu biasa. Orang yang berani membincangkan orang lain, itu tidak istimewa. Sebab itu bisa dilakukan oleh orang yang tidak punya apa-apa sekali pun. Tapi, kalau ada orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri, bertanya tentang kekurangan itu secara sistematis, lalu dia buat sistem untuk melihat kekurangan dirinya, inilah calon orang besar.

Mengubah diri dengan sadar, itu juga mengubah orang lain. Walaupun dia tidak berucap sepatah kata pun untuk perubahan itu, perbuatannya sudah menjadi ucapan yang sangat berarti bagi orang lain. Percayalah, kegigihan kita memperbaiki diri, akan membuat orang lain melihat dan merasakannya. Memang pengaruh dari kegigihan mengubah diri sendiri tidak akan spontan dirasakan. Tapi percayalah, itu akan membekas dalam benak orang. Makin lama, bekas itu akan membuat orang simpati dan terdorong untuk juga melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini akan terus berimbas, dan akhirnya semakin besar seperti bola salju. Perubahan bergulir semakin besar.

Jadi kalau ada orang yang bertanya tentang sulitnya mengubah keluarga, sulitnya mengubah anak, jawabannya dalam diri orang itu sendiri. Jangan dulu menyalahkan orang lain, ketika mereka tidak mau berubah. Kalau kita sebagai ustadz, atau kyai, jangan banyak menyalahkan santrinya. Tanya dulu diri sendiri. Kalau kita sebagai pemimpin, jangan banyak menyalahkan bawahannya, lihat dulu diri sendiri seperti apa.  Kalau kita sebagai pemimpin negara, jangan banyak menyalahkan rakyatnya. Lebih baik para penyelenggara negara gigih memperbaiki diri sehingga bisa menjadi teladan. Insya Allah, walaupun tanpa banyak berkata, dia akan membuat perubahan cepat terasa, jika berani memperbaiki diri. Itu lebih baik  dibanding banyak berkata, tapi tanpa keberanian menjadi suri teladan.  Jangan terlalu banyak bicara. Lebih baik bersungguh-sungguh memperbaiki diri sendiri. Jadikan perkataan makin halus, sikap makin mulia, etos kerja makin sungguh-sungguh, ibadah kian tangguh. Ini akan disaksikan orang.

Membicarakan dalil itu suatu kebaikan. Tapi pembicaraan itu akan menjadi bumerang ketika perilaku kita tidak sesuai dengan dalil yang dibicarakan. Jauh lebih utama orang yang tidak berbicara dalil, tapi berbuat sesuai dalil. Walaupun tidak dikatakan, dirinya sudah menjadi bukti dalil tersebut. Mudah-mudahan, kita bisa menjadi orang yang sadar bahwa kesuksesan diawali dari keberanian melihat kekurangan diri sendiri. Jadi teringat  kutipan kata bijak dari sebuah buku seperti ini:

Jadilah kau sedemikian kuat sehingga tidak ada yang dapat mengganggu kedamaian pikiranmu
Lihatlah sisi yang menyenangkan dari setiap hal

Senyumlah pada setiap orang
Gunakanlah waktumu sebanyak mungkin untuk meningkatkan kemampuanmu sehingga kau tak punya waktu lagi untuk mengkritik orang lain
Jadilah kau terlalu besar untuk khawatir dan terlalu mulia untuk meluapkan kemarahan
Satu-satunya tempat dimana kita dapat memperoleh keberhasilan tanpa kerja keras adalah hanya dalam kamus.
Di awal tahun, awal bulan dan awal minggu (Jum’at adalah awal minggu bagi umat Islam), ayo kita semua mulai memperbaiki diri. Suatu karya besar selalu diciptakan oleh orang-orang yang berfikir besar. Namun perubahan besar pasti dimulai dari satu langkah kecil, dan itu dimulai dari diri kita masing-masing.
Wallahualam bishowab

Jangan lupa di like Gan

Surat Untuk Allah…

Duhai Allah… izinkan untaian kata ini tertulis untuk-Mu.

Rabbi… Telah Kau ciptakan kami, manusia menjadi makhluk-Mu yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk-Mu yang lain.

Kau berikan kami akal untuk berpikir. Berpikir mengenai segala penciptaan-Mu hingga kami mampu mengenal-Mu darinya. Berpikir tentang indahnya ciptaan Mu yang terhampar luas di alam ini yang darinya kami akan mengenalkan pada anak cucu kami tentang keberadaan-Mu darinya.

Bak karpet hijau terhampar luas hijau daun-daun, pepohonan dan rerumputan itu nampak tak berujung…

Bagaikan akuarium raksasa Kau ciptakan luasnya lautan beserta ikan-ikan di dalamnya

Seperti tiang menjulang tinggi Kau ciptakan gunung itu…

Allah… Kau juga berikan kami hati yang kemudian dengannya kami mampu meyakini keberadaan Mu

Kau juga berikan indera pada kami yang sungguh anggun pada setiap bagiannya. Sempurna ya Allah…

Kau sempurnakan kami dengan rasa malu yang dengannya seharusnya kami benar-benar merasa malu jika harus bermaksiat kepada-Mu.

Dan… Lebih dari itu Kau telah berikan pada kami sebuah keberanian sehingga kami menyanggupi amanah besar ketika makhluk mu yang lain tak menyanggupinya, Sedang kami berkata mampu untuk mengembannya, menjadi seorang khalifah di muka bumi ini.

Namun… apa yang telah kami lakukan kini ya Allah?

Kau telah saksikan semua, ketika hijau pepohonan itu kami bumi hanguskan dan berubah menjadi kerangka hitam dengan asap mengepul menuju langit-Mu. Keseimbangan yang juga tak lagi sempurna kala hijau itu kini jua berubah menjadi atap atap yang kokoh menjulang tinggi seolah menyombongkan ciptaan kami sendiri. Padahal sungguh itu tak berarti apa-apa di mata-Mu…

Kau juga telah saksikan ketika laut tiba-tiba menggelegar, mematikan ikan ikan dan menghancurkan ekosistem di dalamnya.

Ya Rabb… kami juga masih ingat kala melihat tangis orang tua kami saat hatinya kami sakiti, saat kata-kata kasar itu ringan keluar dari lisan dan membuatnya terluka padahal ridha Mu ada pada ridha mereka. Kami khilaf ya Allah….

Kami juga sering tidak peduli pada orang-orang yang fakir dan miskin, kami sering acuh pada mereka, kami lupa ada hak mereka pada rezeki yang telah Kau berikan pada kami. Sedang kami telah hanyut dalam hidup bermewah-mewahan dan keberlimpahan harta. Padahal dengan mudahnya Kau dapat mengambil itu semua…Kami telah lupa …kami telah lupa untuk bersyukur ya Allah atas apa yang telah Kau berikan…

Tak hanya itu ternyata ya Allah… kami di sini masih saja berpura-pura tak mendengar jeritan saudara kami di sana yang mungkin detik ini merasa terancam nyawanya, namun mereka tak gentar barang sedikit pun. Mereka yang tak pernah nyenyak tidurnya, tak pernah mengeluh atas apa yang sedang terjadi, mereka juga yang selalu bersiap siaga tak kenal waktu tak pernah menyerah karena mereka hanya mengharap pertolongan dari-Mu.

Sedang kami… kami ya Allah, kami juga manusia namun mengapa kami tidak peduli dengan semua itu. Seolah mata ini tak melihat, telinga ini tak mendengar bahkan lisan ini saja hanya diam, kami lupa dengan hari akhir yang Kau janjikan, hari pembalasan bagi segala amal perbuatan kami sekalipun itu sebesar biji zharah. Kami juga lupa pada keberadaan Syurga dan Neraka yang telah Kau ciptakan sebagai balasan yang setimpal atas apa yang kami lakukan di dunia…

Duhai Dzat yang Maha Agung… sering kami lupa dengan panasnya api neraka milik Mu. Api yang telah Kau nyalakan selama 1000 tahun hingga warna nya menjadi merah, kemudian Kau bakar lagi selama 1000 tahun hingga waranya berubah lagi menjadi putih, dan ternyata tak cukup sampai situ Kau bakar lagi selama 1000 tahun hingga menjadi hitam legam seperti malam yang gelap gulita. Rabbi, izinkan kami bertanya sepanas apakah itu??? Jika salah satu jenisnya saja di dunia kami sudah tak sanggup menahannya.

Duhai Allah… Seandainya saja Kau kabarkan pada kami lebih awal akan kedatangan hari kiamat itu pastilah kami akan menyegerakan taubat kami, pastilah sujud sujud kami akan lebih panjang, pastilah kami tak pernah pergi meninggalkan-Mu dan pastilah semua ini tidak akan pernah terjadi.

Rabbi… Maafkanlah kami yang telah menzhalimi diri kami sendiri, yang telah banyak bersalah pada-Mu yang tak bersungguh-sungguh menjalankan syahadat ini dan yang belum menyeluruh dalam agama ini.

Ya Allah… kami yakin pintu hidayah-Mu tak akan pernah tertutup bagi kami, segera bukakan ya Rabb. Bantu kami untuk kembali merasakan manisnya iman itu, indahnya berdialog dengan mu dalam setiap sujud dalam shalat, kembalikan kami pada risalah yang telah di bawah oleh Baginda Rasulullah Muhammad Salallahu’alaihi wassalam dan merasakan kebersamaan dengan-Mu dalam hidup ini sehingga kami kembali menyadari tugas kami sebagai Khalifatullah fil ardhi.


Jangan lupa di like Gan

Perubahan Itu Keharusan, Bukan Pilihan!

Lusuh… kumal… dekil…  Itulah kesan pertama yang nampak dari pria tua itu. Rambutnya yang putih dan kulitnya yang mengerut nan legam, semakin menyemburatkan kerentaannya. Ditemani asap rokok yang mengepul dari mulutnya, pria tua besar itu beraksi laksana seorang aktor. Wajahnya dibuat memelas agar menggoda kantong para penumpang Transjakarta untuk memberi ala kadarnya. Itulah senjata utamanya, selain topi ’kotak amal’ yang setia menemaninya.

Tidak jauh dari situ, seorang nenek nan tua, kurus, berkerudung jingga melangkah tegar. Seolah-olah dia sedang menunjukkan kekuatan dirinya yang tidak takluk dengan keganasan zaman. Sambil menggenggam erat karung putih yang dipanggul, tapaknya pasti menggetarkan bumi. Matanya nanar memandang tajam, mencari kepingan-kepingan gelas plastik dan rongsokan lainnya untuk ditukar dengan rupiah. Dengan sabarnya, ia kumpulkan sedikit demi sedikit ’sampah’ air minum mineral tersebut, hingga memenuhi karung yang tak pernah lepas dari punggungnya itu. Dalam hatinya dia berujar, ”meskipun dunia terus menghinanya dengan berbagai kemelaratan, Aku tidak akan merendahkan diri dan kalah dalam pertarungan hidup ini.” Senandungnya dalam jiwa.

Jika dicermati, kedua insan ini nyaris memiliki kesamaan. Dalam hal umur, lebih dari setengah abad kehidupan sama-sama mereka lalui. Telah banyak cerita kehidupan yang mereka gambar menjadi drama tak bertuan yang tersimpan di nurani. Pun begitu dilihat dari segi nasib. Mereka masuk dalam ’kotak’ kaum marginal yang tak disahabati alam, tak dicintai kehidupan.

Perbedaan kedua orang renta ini hanya pada perjuangan. Kakek tua yang meskipun nampak renta, namun dari ketegapan tubuhnya tersirat tenaga yang luar biasa. Meski sungguh disayangkan, kemampuan itu tertutupi dengan keputusasaannya atau justru dengan kemalasannya. Sehingga kemudian, sang kakek memilih menjadi pengumpul ’rupiah’ keikhlasan.

Berbeda dengan sang nenek pejuang. Meskipun sekujur tubuhnya dibanjiri otot sebagai bentuk ’protes’ tubuh yang terus dieksploitasi tanpa henti, Semangat berjuangnya terus hidup dan mengalahkan kerentaannya tersebut.  Nenek itu telah menjadi menara kokoh yang ujungnya tak mampu diguncangkan gempa sekalipun. Dia yakin bahwa perubahan akan datang pada setiap jasad yang berusaha keras untuk mencapainya.

Kita tilik benak sang nenek tua. Mungkin nuraninya rutin berujar bahwa kelelahannya menaklukkan keganasan dunia, akan terbayar tuntas dengan kehidupan akhirat yang menjanjikan kenikmatan tak terbatas. ”Bukankah tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah? Bukankah mengemis di mata sang Khaliq adalah pekerjaan hina? Bukankah setiap orang yang merasa kelelahan setelah bekerja seharian untuk mencari penghasilan yang halal, sangat dimuliakan di hadapan Tuhannya,” gumamnya.

Mungkin kisah di atas sangat sering kita temui, bahkan nyaris setiap hari tercecer di pinggir-pinggir trotoar jalan maupun jembatan penyeberangan. Namun, mampukah kita mengambil nilai dari kisah-kisah tersebut yang kemudian menjadi media kontemplasi pribadi? Atau hanya menjadi pernak-pernik kehidupan yang tidak penting bagi kita?

Jalan Panjang itu!

Sebagai perjalanan yang sangat panjang dan berliku, reformasi birokrasi juga akan mengalami kerentaan seperti kisah di atas. Dan kita akan memilih jalan seperti sang kakek yang berputus asa dan berhenti berjuang dengan mengemis kepada langit. Atau terus semangat berjuang sampai alam melumat tubuh-tubuh ini. Hanya dua itu saja!

Kahlil Gibran bersenandung ”Dibalik salju yang gugur dan tebalnya awan gemawan serta prahara yang menderu-deru, ada suatu Roh Suci yang memahami keadaan buruk dari umat manusia dengan rasa kasih-sayang.” Itulah darah semangat yang harus terus mengalir dalam nadi kita. Pertempuran melumat birokrasi usang yang menjangkit ’negeri garuda’ ini sejak merdeka, bukanlah pertarungan sehari, sebulan, setahun atau sampai kapan pun. Gerakan ini butuh waktu yang tidak sedikit, butuh logistic yang melimpah, butuh ketahanan yang tak kunjung habis. Pastinya, harus juga disadari bahwa gerakan yang kita lakukan ini juga sepenuhnya dibimbing Pemilik Kehidupan. Lewat ilhamNya kita dituntun menelurkan ide-ide segar yang tiba-tiba menyelinap di logika. Lalu mengapa kita harus kalah dengan berbagai isu miring, tekanan politik, maupun ancaman yang nyaris setiap detik menghiasi media massa. Bukankah tujuan kita sudah sangat jelas, Perubahan!

Mengutip pesan mantan Menkeu, Sri Mulyani Indrawati, bahwa reformasi birokrasi sebagai proses perbaikan institusi adalah proses belajar seumur hidup. Masa-masa honeymoon bagi pegawai negeri telah habis. Kini masyarakat mulai menagih komitmen perubahan itu. Lalu, haruskah harapan itu kita hempaskan kembali! Dan ketika kita lelah dengan tantangan dan hambatan yang menghadang laju pedati reformasi ini, maka kokohkan kembali dengan bersandar kepada pemilik kehidupan.

Tidak ada kata putus asa di nurani pecinta perubahan. Karena jika kita tidak pernah menyerah berarti kita tidak pernah kalah. Itulah prinsip yang harus terus dipegang teguh. Tidak lekang dimakan zaman, tidak ciut digerus waktu, tidak hancur ditempa kerasnya kehidupan. Pesan Menteri Keuangan Agus Martowardoyo untuk tetap bekerja dengan prinsip good governance, integritas, dan profesionalitas dalam bekerja, selayaknya menjadi nafas setiap pegawai Kementerian Keuangan. Dan perubahan itu merupakan keniscayaan. Karena setiap entitas yang tidak berubah, pasti akan punah.

Sinergisitas!

Kejahatan yang terorganisir, akan mengalahkan kebenaran yang terorganisir. Untuk itu, diperlukan sinergi yang kokoh antara elemen perubahan untuk terus menggerakkan roda reformasi birokrasi. Karena harus disadari bahwa kesuksesan perjuangan itu diinspirasi oleh yang bervisi, dimiliki yang berkeyakinan dalam, dilaksanakan dengan ikhlas, dimulai oleh yang cerdas, dimenangkan oleh yang berani, diraih oleh yang sehat dan kuat, digerakkan oleh yang bermotivasi, diraih dengan perencanaan matang, dihasilkan oleh kerja keras tim dan dilalui dengan kerja tuntas (B.S. Wibowo). Dan jalan perubahan ini, bukan tempat bagi para penggerutu yang berceloteh kosong dan menjadi kerikil-kerikil tajam penghalang laju perubahan.

Tidak ada pilihan lain bagi generasi saat ini selain bergabung dalam ombak perubahan. Karena siapa yang menghalangi jalan, dia akan terlindas. Masih terlalu banyak kursi-kursi kosong di gerbong kereta reformasi yang harus diisi. Oleh mereka yang mencintai negeri dan ingin menyelamatkan generasi.

Sadarilah, negeri ini masih memiliki harapan untuk bangkit. Bangsa ini memiliki kemampuan untuk menunjukkan taringnya di dunia internasional. Tantangan yang dihadapi pada masa transisi ini, hanyalah proses sesaat yang akan segera berlalu. Karenanya, janganlah berputus asa. Sebab dibalik kerancuan dunia, ungkap Gibran dalam syairnya, dibalik zat dan mega dan udara, dibalik semua benda, terdapat suatu kekuatan yaitu keadilan. Ya… keadilan akan tumbuh menjadi bagian kehidupan bangsa ini. Jika kita yakin dan terus menguras keringat untuk mewujudkan hal itu.

Gerakan ini butuh sinergi. Hanya sinergisitas yang mampu mengokohkan mental-mental kita. Yang sering luluh oleh keadaan, hanyut terbawa arus kenikmatan, maupun larut bersama godaan yang tampil sekejap.

Perubahan itu butuh sinergi sebagai komponen utamanya. Sinergi yang menghasilkan kesamaan langkah, kesinambungan komitmen, dan kesatuan hati mencapai tujuan perubahan. Haruskah kita berhenti setelah jalan panjang yang telah ditapaki selama ini menampakkan secercah asa.

Mari kuatkan kembali komitmen kita untuk berubah dan mensukseskan perubahan. Meskipun hasil kerja itu tidak dinikmati oleh diri kita. Jadilah nenek tua renta yang terus bertarung menapaki kehidupannya. Terus bertarung bersama kelemahan yang tersirat di tubuh keriputnya. Dan jika jalan seperti itu tidak kita pilih, jalan mana yang akan kita pilih?

Sumber: http://www.dakwatuna.com
Jangan lupa di like Gan

Doa Umar, Mana yang Kita Pilih?

“Ya Allah, lindungilah kami dari orang-orang bertaqwa yang lemah, dan tidak bertaqwa yang lemah dan tidak berdaya, dan lindungilah kami dari orang-orang jahat yang perkasa dan tangguh.”

Terdapat tiga komponen utama di dalam bait kalimat tersebut. Pertama, perlindungan terhadap orang bertaqwa yang lemah. Kenapa kita harus memohon perlindungan dari orang bertaqwa yang lemah? Bagaimana mungkin orang bertaqwa dibilang sebagai seorang yang lemah? Secara logika, ketika orang disebut sebagai hamba yang bertaqwa maka otomatis kedekatan dirinya dengan Allah adalah hal yang menonjol. Namun ternyata, ia justru disebut sebagai orang yang lemah oleh manusia di sekelilingnya.

Lemah di sini berarti bahwa ia tidak memiliki bargaining position (nilai tawar) di dunia, di kehidupan sosial di mana dia berada. Da’i tidak lagi didengar kata-katanya, tidak lagi dicontoh keteladanannya, apalagi dihargai keberadaannya oleh masyarakat. Hal itu tidak lain adalah lantaran masyarakat tidak lagi merasakan kemanfaatan dengan adanya kita (da’i) di tengah mereka. Da’i, tidak semuanya mampu menunjukkan prestasinya di hadapan publik. Secara kualitas ibadah vertikal (hablumminallah), dia mungkin mendapat grade mendekati sempurna. Akan tetapi, saat dihadapkan dengan masyarakat (hablumminannas), sang da’i pun mendadak ‘melempem’.

Dia kurang dapat srawung (bergabung) dengan tetangga, mungkin dari segi keramahan dinilai kurang oleh masyarakat; kurang rapi dalam manajemen kehidupannya; hingga pada taraf lemahnya intelektualitas dan ekonomi sang da’i. Ya, kita semua menyadari bahwa da’i bukan malaikat. Akan tetapi, hal ini sangat berpengaruh terhadap citra da’i di hadapan publik. Bagaimana bisa da’i dipercaya untuk mengurus urusan umat manakala urusan diri pribadinya pun berantakan.

Kedua, bait kalimat di atas menuntun kita untuk memohon perlindungan dari orang tidak bertaqwa yang lemah dan tidak berdaya. Jika dibandingkan dengan aspek pertama, maka aspek kedua ini jauh lebih parah. Ibarat kata, sudah lemah, tidak berdaya, ditambah lagi tidak ada ketakwaan di dalamnya. Jika diumpamakan dengan kacang, maka kualitas orang ini adalah kacang yang kosong tak berisi, ditambah lagi kulitnya kusam dan tidak menarik. Sedikit pun tidak ada alasan yang mampu membuat orang lain mau untuk melirik ke arah orang tersebut.

Lemah daya dan lemah takwa ini menjadi masalah yang serius jika dihinggapi oleh sebagian besar orang. Tatanan masyarakat yang akan lahir adalah masyarakat yang jauh dari nilai peradaban islami yang didambakan.

Aspek ketiga yakni permohonan perlindungan terhadap orang jahat yang perkasa dan tangguh. Pada masa sekarang ini sangat banyak orang yang memiliki kekuasaan tinggi atas kehidupan dunia. Mereka menguasai sebagian besar perekonomian dunia, memiliki kuasa penuh terhadap lalu lintas media, pertahanan dan keamanan, hingga menjadi aktor utama jalannya hukum di negara. Mereka kuat, sangat kuat. Namun kekuatan yang mereka miliki tiada digunakan untuk kemanfaatan orang banyak. Mereka memperkaya diri dengan memperbudak banyak orang. Mereka memainkan seenaknya hukum dengan uang yang mereka punya, pun mereka mengatur arus media agar sesuai dengan kepentingan mereka.

Sekali lagi, mereka kuat, bahkan sangat kuat. Namun tidak ada bargaining position mereka di hadapan Allah. Ibarat mutiara, mereka baik pada polesan luarnya saja. Di dalam tubuh mereka kosong tak berisi. Mereka menjadi trouble-maker di setiap lingkungan di mana mereka berada.

Orang bertaqwa yang lemah, orang tidak bertaqwa yang lemah, maupun orang jahat yang kuat, ketiganya adalah cerminan ketidakseimbangan dalam kehidupan manusia. Allah telah memberikan garis merah yang jelas bagi kita hamba-Nya tentang bagaimana menjalani kehidupan sebagai seorang insan. Melalui Rasulullah, Allah memberikan sesempurnanya teladan dan pengajaran bagi manusia seluruhnya untuk menjadi manusia seutuhnya. Bagaimana Rasulullah tawazun dalam menjalankan hidupnya. Beliau adalah pemimpin yang terbaik; disegani lawan dicintai kawan, beliau pula seorang suami handal, ayah terbaik, kawan paling setia, dan guru paling mempesona.

Prinsip seorang muslim, bahwa mereka yang terbaik adalah mereka yang bermanfaat sebanyak-banyaknya bagi orang lain, bukan mereka yang memiliki banyak hal pada dirinya sendiri. Bait kalimat di atas merupakan penghayatan dalam dari seorang lelaki tangguh, cerdas nan berbudi, Umar bin Khattab. Nampak jelas tersirat bahwa misi sesungguhnya yang Islam ingin capai adalah melahirkan orang-orang baik yang kuat dan orang-orang kuat yang baik. Dan itu semua mustahil tanpa usaha dari setiap insan sebagai pilar kehidupan.

Mau jadi seperti apa kita??

Sumber: http://www.dakwatuna.com
Jangan lupa di like Gan

Dan Rasulullah Pun Tertawa

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa ada seorang lelaki datang menghadap Rasulullah saw. Orang itu punya masalah besar. Ia berkata, “Ya Rasulullah, aku telah binasa.”

Rasulullah saw. bertanya, “Apa yang terjadi?”

Orang itu menjawab, “Saya mendatangi isteri saya di pagi hari bulan Ramadhan dan saya berpuasa.”

Benar. Ini masalah besar. Orang ini telah melakukan dosa yang sangat besar. Ia bersetubuh dengan isteri secara sengaja sewaktu berpuasa di bulan Ramadhan. Namun orang ini sungguh hebat. Ia berani mengakui kesalahannya itu di hadapan Rasulullah saw.

Apa yang dilakukan Rasulullah saw. kepada orang itu?

Rasulullah saw. tidak bermuka masam. Marah? Tidak. Beliau tidak memarahinya. Lelaki itu datang dengan rasa penyesalan dan ingin bertobat. Ia tidak datang dengan sikap membangkang. Ia datang berharap mendapat penyelesaian atas masalahnya.

Maka Rasulullah saw. bertanya, “Apakah kamu punya budak yang bisa dimerdekakan sebagai kafarat atas apa yang telah kamu lakukan?”

Orang itu menjawab, “Tidak.”

Rasulullah saw. bertanya lagi, “Apakah kamu mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?”

Lelaki yang tak mampu menahan nafsunya itu menjawab, “Tidak.”

Rasulullah saw. bertanya lagi, “Apakah engkau mampu memberi makan 60 orang fakir miskin?”

Lelaki itu sekali lagi menjawab, “Tidak.”

Tiba-tiba terjadi kebuntuan. Lelaki itu tidak punya apapun yang bisa digunakan untuk membayar kafarat atas perbuatan dosanya itu. Ia terduduk. Pasrah atas keputusan yang akan ditetapkan Rasulullah saw. atasnya.

Tak lama kemudian, datang seseorang membawa sebakul kurma. Orang ini memberi kurma itu kepada Rasulullah saw.

Rasulullah saw. memanggil si lelaki yang melanggar aturan Allah swt. Kepada orang-orang yang berpuasa. Kepadanya Rasulullah saw. menyerahkan kurma itu. “Ambillah ini. Sedekahkan!”

Orang itu malah bertanya, “Ya Rasulullah saw., apakah saya harus bersedekah kepada orang yang lebih miskin daripada saya? Demi Allah, tidak ada orang yang lebih miskin dari saya di Madinah ini.”

Mendengar itu Rasulullah saw. ketawa. Setelah itu Rasulullah saw. bersabda, “Kalau begitu, berikan kurma itu untuk makan keluargamu!”

Sungguh, betapa lebar senyum lelaki itu. Kafarat dosanya tertebus, keluarganya mendapat makanan. Subhanallah!

Jangan lupa di like Gan

Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di Hari Kiamat

Ini adalah sekelumit “kisah masa depan”, ketika seluruh manusia berkumpul di hari kiamat. Kisah ini disampaikan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya. Dalam kisah itu diceritakan bahwa Allah mengumpulkan seluruh manusia dari yang pertama hingga yang terakhir dalam satu daratan. Pada hari itu matahari mendekat kepada mereka, dan manusia ditimpa kesusahan dan penderitaan yang mereka tidak kuasa menahannya.

Lalu di antara mereka ada yang berkata, “Tidakkah kalian lihat apa yang telah menimpa kita, tidakkah kalian mencari orang yang bisa memberikan syafa’at kepada Rabb kalian?”

Yang lainnya lalu menimpali, “Bapak kalian adalah Adam AS.”

Akhirnya mereka mendatangi Adam lalu berkata, “Wahai Adam, Anda bapak manusia, Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya, dan meniupkan ruh kepadamu, dan memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu, dan menempatkanmu di surga. Tidakkah engkau syafa’ti kami kepada Rabb-mu? Apakah tidak kau saksikan apa yang menimpa kami?”

Maka Adam berkata, “Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sedang marah yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya Dia telah melarangku untuk mendekati pohon (khuldi) tapi aku langgar. Nafsi nafsi (aku mengurusi diriku sendiri), pergilah kalian kepada selainku, pergilah kepada Nuh AS.”

Lalu mereka segera pergi menemui Nuh AS dan berkata, “Wahai Nuh, engkau adalah Rasul pertama yang diutus ke bumi, dan Allah telah memberikan nama kepadamu seorang hamba yang bersyukur (abdan syakuro), tidakkah engkau saksikan apa yang menimpa kami, tidakkah engkau lihat apa yang terjadi pada kami? Tidakkah engkau beri kami syafa’at menghadap Rabb-mu?”

Maka Nuh berkata, “Sesungguhnya Rabbku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Sesungguhnya aku punya doa, yang telah aku gunakan untuk mendoakan (celaka) atas kaumku. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Ibrahim AS!”

Lalu mereka segera menemui Ibrahim dan berkata, “Wahai Ibrahim, engkau adalah Nabi dan kekasih Allah dari penduduk bumi, syafa’atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang menimpa kami?”

Maka Ibrahim berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya aku telah berbohong tiga kali. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Musa AS!”

Lalu mereka segera pergi ke Musa, dan berkata, “Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah. Allah telah memberikan kelebihan kepadamu dengan risalah dan kalam-Nya atas sekalian manusia. Syafa’atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”

Lalu Musa berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan pernah marah seperti ini sesudahnya. Dan sesungguhnya aku telah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Isa AS!”

Lalu mereka pergi menemui Isa, dan berkata, “Wahai Isa, engkau adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang dilontarkan kepada Maryam, serta ruh dari-Nya. Dan engkau telah berbicara kepada manusia semasa dalam gendongan. Berilah syafa’at kepada kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”

Maka Isa berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Muhammad SAW!”

Akhirnya mereka mendatangi Muhammad SAW, dan berkata, “Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah telah mengampuni dosamu yang lalu maupun yang akan datang. Syafa’atilah kami kepada Rabb-mu, tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”

Lalu Nabi Muhammad SAW pergi menuju bawah ‘Arsy. Di sana beliau bersujud kepada Rabb, kemudian Allah membukakan kepadanya dari puji-pujian-Nya, dan indahnya pujian atas-Nya, sesuatu yang tidak pernah dibukakan kepada seorangpun sebelum Nabi Muhammad. Kemudian Allah SWT berkata kepada Muhammad, “Wahai Muhammad, angkat kepalamu, mintalah, niscaya kau diberi, dan berilah syafa’at niscaya akan dikabulkan!”

Maka Muhammad SAW mengangkat kepalanya dan berkata, “Ummatku wahai Rabb-ku, ummatku wahai Rabb-ku, ummatku wahai Rabb-ku!”

Lalu disampaikan dari Allah kepadanya, “Wahai Muhammad, masukkan ke surga di antara umatmu yang tanpa hisab dari pintu sebelah kanan dari sekian pintu surga, dan mereka adalah ikut memiliki hak bersama dengan manusia yang lain pada selain pintu tersebut dari pintu-pintu surga.”

***

Di dalam kisah ini, Rasulullah SAW juga menceritakan bahwa lebar jarak antara kedua sisi pintu surga itu, bagaikan jarak Makkah dan Hajar, atau seperti jarah Makkah dan Bushro. Hajar adalah nama kota besar pusat pemerintahan Bahrain. Sedangkan Bushro adalah kota di Syam. Bisa kita bayangkan, betapa tebalnya pintu-pintu surga itu..

Itulah sekelumit kisah masa depan ketika hari kiamat. Pada hari itu, Rasulullah SAW memberi syafa’at kepada ummatnya. Pada hari itu Rasulullah SAW menjadi sayyid (tuan)nya manusia. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW. (hudzaifah)

Maraji’ : Hadits Riwayat Bukhari – Muslim.


Jangan lupa di like Gan

Jangan Halangi Aku Membela Rasulullah

Hari itu Nasibah tengah berada di dapur. Suaminya, Said tengah beristirahat di kamar tidur. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh bagaikan gunung-gunung batu yang runtuh. Nasibah menebak, itu pasti tentara musuh. Memang, beberapa hari ini ketegangan memuncak di sekitar Gunung Uhud.

Dengan bergegas, Nasibah meninggalkan apa yang tengah dikerjakannya dan masuk ke kamar. Suaminya yang tengah tertidur dengan halus dan lembut dibangunkannya. “Suamiku tersayang,” Nasibah berkata, “aku mendengar suara aneh menuju Uhud. Barang kali orang-orang kafir telah menyerang.”

Said yang masih belum sadar sepenuhnya, tersentak. Ia menyesal mengapa bukan ia yang mendengar suara itu. Malah istrinya. Segera saja ia bangkit dan mengenakan pakaian perangnya. Sewaktu ia menyiapkan kuda, Nasibah menghampiri. Ia menyodorkan sebilah pedang kepada Said.

“Suamiku, bawalah pedang ini. Jangan pulang sebelum menang….”

Said memandang wajah istrinya. Setelah mendengar perkataannya seperti itu, tak pernah ada keraguan baginya untuk pergi ke medan perang. Dengan sigap dinaikinya kuda itu, lalu terdengarlah derap suara langkah kuda menuju utara. Said langsung terjun ke tengah medan pertempuran yang sedang berkecamuk. Di satu sudut yang lain, Rasulullah melihatnya dan tersenyum kepadanya. Senyum yang tulus itu makin mengobarkan keberanian Said saja.

Di rumah, Nasibah duduk dengan gelisah. Kedua anaknya, Amar yang baru berusia 15 tahun dan Saad yang dua tahun lebih muda, memperhatikan ibunya dengan pandangan cemas. Ketika itulah tiba-tiba muncul seorang pengendara kuda yang nampaknya sangat gugup.

“Ibu, salam dari Rasulullah,” berkata si penunggang kuda, “Suami Ibu, Said baru saja gugur di medan perang. Beliau syahid…”

Nasibah tertunduk sebentar, “Inna lillah…..” gumamnya, “Suamiku telah menang perang. Terima kasih, ya Allah.”

Setelah pemberi kabar itu meninggalkan tempat itu, Nasibah memanggil Amar. Ia tersenyum kepadanya di tengah tangis yang tertahan, “Amar, kaulihat Ibu menangis? Ini bukan air mata sedih mendengar ayahmu telah syahid. Aku sedih karena tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan pagi para pejuang Nabi. Maukah engkau melihat ibumu bahagia?”

Amar mengangguk. Hatinya berdebar-debar.

“Ambilah kuda di kandang dan bawalah tombak. Bertempurlah bersama Nabi hingga kaum kafir terbasmi.”

Mata amar bersinar-sinar. “Terima kasih, Ibu. Inilah yang aku tunggu sejak dari tadi. Aku was-was seandainya Ibu tidak memberi kesempatan kepadaku untuk membela agama Allah.”

Putra Nasibah yang berbadan kurus itu pun segera menderapkan kudanya mengikut jejak sang ayah. Tidak tampak ketakutan sedikitpun dalam wajahnya. Di depan Rasulullah, ia memperkenalkan diri. “Ya Rasulullah, aku Amar bin Said. Aku datang untuk menggantikan ayah yang telah gugur.”

Rasul dengan terharu memeluk anak muda itu. “Engkau adalah pemuda Islam yang sejati, Amar. Allah memberkatimu….”

Hari itu pertempuran berlalu cepat. Pertumpahan darah berlangsung sampai sore. Pagi-pagi seorang utusan pasukan islam berangkat dari perkemahan mereka meunuju ke rumah Nasibah. Setibanya di sana, perempuan yang tabah itu sedang termangu-mangu menunggu berita, “Ada kabar apakah gerangan kiranya?” serunya gemetar ketika sang utusan belum lagi membuka suaranya, “apakah anakku gugur?”

Utusan itu menunduk sedih, “Betul….”

“Inna lillah….” Nasibah bergumam kecil. Ia menangis.

“Kau berduka, ya Ummu Amar?”

Nasibah menggeleng kecil. “Tidak, aku gembira. Hanya aku sedih, siapa lagi yang akan kuberangkatan? Saad masih kanak-kanak.”

Mendegar itu, Saad yang tengah berada tepat di samping ibunya, menyela, “Ibu, jangan remehkan aku. Jika engkau izinkan, akan aku tunjukkan bahwa Saad adalah putra seorang ayah yang gagah berani.”

Nasibah terperanjat. Ia memandangi putranya. “Kau tidak takut, nak?”

Saad yang sudah meloncat ke atas kudanya menggeleng yakin. Sebuah senyum terhias di wajahnya. Ketika Nasibah dengan besar hati melambaikan tangannya, Saad hilang bersama utusan itu.

Di arena pertempuran, Saad betul-betul menunjukkan kemampuannya. Pemuda berusia 13 tahun itu telah banyak menghempaskan banyak nyawa orang kafir. Hingga akhirnya tibalah saat itu, yakni ketika sebilah anak panah menancap di dadanya. Saad tersungkur mencium bumi dan menyerukan, “Allahu akbar!”

Kembali Rasulullah memberangkatkan utusan ke rumah Nasibah. Mendengar berita kematian itu, Nasibah meremang bulu kuduknya. “Hai utusan,” ujarnya, “Kausaksikan sendiri aku sudah tidak punya apa-apa lagi. Hanya masih tersisa diri yang tua ini. Untuk itu izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang.”

Sang utusan mengerutkan keningnya. “Tapi engkau perempuan, ya Ibu….”

Nasibah tersinggung, “Engkau meremehkan aku karena aku perempuan? Apakah perempuan tidak ingin juga masuk surga melalui jihad?”

Nasibah tidak menunggu jawaban dari utusan tersebut. Ia bergegas saja menghadap Rasulullah dengan kuda yang ada. Tiba di sana, Rasulullah mendengarkan semua perkataan Nasibah. Setelah itu, Rasulullah pun berkata dengan senyum. “Nasibah yang dimuliakan Allah. Belum waktunya perempuan mengangkat senjata. Untuk sementra engkau kumpulkan saja obat-obatan dan rawatlah tentara yang luka-luka. Pahalanya sama dengan yang bertempur.”

Mendengar penjelasan Nabi demikian, Nasibah pun segera menenteng tas obat-obatan dan berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang bertempur. Dirawatnya mereka yang luka-luka dengan cermat. Pada suatu saat, ketika ia sedang menunduk memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba terciprat darah di rambutnya. Ia menegok. Kepala seorang tentara Islam menggelinding terbabat senjata orang kafir.

Timbul kemarahan Nasibah menyaksikan kekejaman ini. Apalagi waktu dilihatnya Nabi terjatuh dari kudanya akibat keningnya terserempet anak panah musuh, Nasibah tidak bisa menahan diri lagi. Ia bangkit dengan gagah berani. Diambilnya pedang prajurit yang rubuh itu. Dinaiki kudanya. Lantas bagai singa betina, ia mengamuk. Musuh banyak yang terbirit-birit menghindarinya. Puluhan jiwa orang kafir pun tumbang. Hingga pada suatu waktu seorang kafir mengendap dari belakang, dan membabat putus lengan kirinya. Ia terjatuh terinjak-injak kuda.

Peperangan terus saja berjalan. Medan pertempuran makin menjauh, sehingga Nasibah teronggok sendirian. Tiba-tiba Ibnu Mas’ud mengendari kudanya, mengawasi kalau-kalau ada korban yang bisa ditolongnya. Sahabat itu, begitu melihat seonggok tubuh bergerak-gerak dengan payah, segera mendekatinya. Dipercikannya air ke muka tubuh itu. Akhirnya Ibnu Mas’ud mengenalinya, “Istri Said-kah engkau?”

Nasibah samar-sama memperhatikan penolongnya. Lalu bertanya, “bagaimana dengan Rasulullah? Selamatkah beliau?”

“Beliau tidak kurang suatu apapun…”

“Engkau Ibnu Mas’ud, bukan? Pinjamkan kuda dan senjatamu kepadaku….”

“Engkau masih luka parah, Nasibah….”

“Engkau mau menghalangi aku membela Rasulullah?”

Terpaksa Ibnu Mas’ud menyerahkan kuda dan senjatanya. Dengan susah payah, Nasibah menaiki kuda itu, lalu menderapkannya menuju ke pertempuran. Banyak musuh yang dijungkirbalikannya. Namun, karena tangannya sudah buntung, akhirnya tak urung juga lehernya terbabat putus. Rubuhlah perempuan itu ke atas pasir. Darahnya membasahi tanah yang dicintainya.

Tiba-tiba langit berubah hitam mendung. Padahal tadinya cerah terang benderang. Pertempuran terhenti sejenak. Rasul kemudian berkata kepada para sahabatnya, “Kalian lihat langit tiba-tiba menghitam bukan? Itu adalah bayangan para malaikat yang beribu-ribu jumlahnya. Mereka berduyun-duyun menyambut kedatangan arwah Nasibah, wanita yang perkasa.”



Jangan lupa di like Gan

Awalnya, Islam yang Ia Tahu Hanyalah Seputar Arab

REPUBLIKA.CO.ID, COLOMBUS - Pada tahun 1990-an, John Clenn Howel, pindah dari rumahnya di area terpencil Ohio ke kota terbesar ketiga di Amerika, Chicago, Illinois. Di sana ia membangun hubungan dengan orang-orang yang ia kenal lewat acara musik underground di mana ia terlibat pula. Howell tinggal di Chicago selama lima tahun, masa yang akan mengubah seluruh hidupnya.

Lingkungan tempat ia tinggal ia luar biasa beragam dengan imigran mendominasi. Ia menganggap orang-orang disekitarnya sangat menarik. "Orang asing justru mayoritas dan saya adalah minoritas," tulisnya dalam file catatan di akun Facebooknya.

Di sini ia memahami, bahwa bergaul dengan orang Serbia, Kroasia, Albania, Ukrania, Gipsi, Yahudi Hasidik, Khaldea, Suriah, Armenia, Rusia, Yunani, Pakistan, Afghanistan, India, Tibet dan sebagianya, adalah wajar. Namun bila bersentuhan dengan orang-orang nomaden berambut gimbal yang menggembala domba dari Asia Barat, atau pria Muslim tua dengan janggut dan turban, bukan hal normal.

Howell juga menyaksikan sejumlah wanita berpakaian 'misterius', membungkus tubuhnya dari atas hingga kaki dengan gaun hitam. Ia juga mendengar orang-orang berbicara dalam bahasa campuran. "Semua itu saya alami tepat di tengah situasi ultra-urban kota Chicago," ungkapnya. Bagi seseorang yang datang dari kawasan pedalaman terpencil, konstalasi masyarakat macam itu sangat memikatnya

Ketika mulai berteman dengan beragam identitas di lingkunganya, kesadarannya juga mulai mengalami perubahan besar. "Banyak tetangga saya ternyata adalah Muslim. Begitu stereotip buruk yang pernah saya terima muncul dalam ingatan, saya menyadari, betapa semua itu salah, tak bisa dipercaya dan sekedar propaganda," ujarnya.

Sebelum ke Chicago, Howell rupanya tidak pernah melakukan kontak sama sekali dengan Muslim di Ohio. Ia pun terdorong untuk memahami siapa sebenarnya mereka. "Itu saya lakukan demi menerobos batasan prasangka sosial yang saya usung selama ini dalam budaya Amerika," kata Howell.

Teman Muslim pertamanya adalah seorang pria Afghanistan, bernama Sami berprofesi sebagai sopir taksi. Ia berusia sebaya Howell dan tinggal di sebelahnya persis. "Saya ingat pertama kali pergi brsamanya dan kami berkendara berkeliling di sekitar, saat itu saya berpikir, 'kamu harus berhati-hati, orang ini adalah Muslim dan tidakkah kamu selalu diberitahu bahwa orang-orang Muslim itu berbahaya dan mungkin akan menggorok lehermu demi mencuri apa pun dalam kantongmu?'

Betapa jahatnya itu! "Tapi itulah yang diajarkan oleh masyarakat dan budaya saya. Beruntung, saya tidak memedulikan omong kosong itu dan saya gembira saya tak terkontaminasi dengan itu," ujarnya. Sebaliknya, ia menilai Sami adalah pria lucu yang menceritakan kisah terbaik dari pengalaman hidupnya. "Saya akhirnya dekat dengannya dan seluruh keluarganya, sungguh pengalaman yang memperkaya hidup."

Berpikir mundur kembali ke tahun-tahun sekolah dasar, Howell masih mengingat jelas sebuah pernyataan dari gurunya yang berkata, "Islam adalah agama pedang, dan siapa pun yang  hidup dengan pedang akan mati dengan pedang."

"Kini setelah hampir sepuluh tahun menjadi Muslim, saya tidak pernah sekali pun mendengar hal macam itu dalam Islam," ujarnya. Howell mengaku kini menyadari betul bagaimana pengondisian anti-Islam telah dimulai sejak masa kanak-kanak.

Dalam sekolah dasar ia juga mendapat tontonan film-film anti-Islam, seperti "El Cid" yang menggambarkan Muslim sebagai manusia jahat. Saat tumbuh besar, Howell kerap mendengar teman-teman sekolahnya menggunakan julukan seperti 'kepala handuk', 'negro pasir', 'penunggang unta' untuk menyebut Muslim.

Beberapa guru sekolah bahkan mengklaim bahwa Muslim adalah 'orang yang kehitam-hitaman'. Ia mengaku beruntung keluarganya bukan pengolok, melainkan tipe yang menghormati dan menghargai orang lain. "Itulah yang menanamkan nilai-nilai dan etika moral seimbang dalam diri saya," tutur Howell.

Timbul pertanyaan serius pada Howell, "Bagaimana mungkin budaya masyarakat Ameika begitu dungu dan penuh prasangka terhadap Islam. Ini adalah agama tua dari Timur Tengah, tapi ironisnya masyarakat saya sendiri juga mempraktekkan agama dari Timur Tenggah (Kristen) dan mereka juga berbagi nabi yang sama."

"Saya jadi ingin tahu apa itu Muslim dan agama mereka, Islam," ujarnya. Howell mulai mencari jawaban atas banyak pertanyaan di dalam kepalanya. "Saya bukan hanya bertanya pada para Krisitiani. Saya juga mulai bertanya langsung pada Muslim," tutur Howell. Dari sanalah ia belajar dan menjumpai bahwa Islam sungguh diluar yang ia sangka.

"Saya memahami bahwa Muslim berasal dari mana pun dan dari setiap ras. Ini sangat bertentangan dengan semua catatan perihal Muslim yang seolah-olah berkutat pada ras Arab," kata Howell. Fakta yang ia pelajari, Arab justru minoritas di kalangan Muslim. Ketika menengok sekitar, ia menemukan Muslim beraneka ragam. "Saja jumpai Muslim Cina, Filipina, Rusia, India, Turki, Persia, Latin, Afrika, Eropa dan juga Amerika berada di sekeliling saya." (bersambung)

Redaktur: Ajeng Ritzki Pitakasari
Jangan lupa di like Gan

Perjalanan Rasulullah SAW ke Surga Bersama Dua Tamunya

Di suatu pagi hari, Rasulullah SAW bercerita kepada para sahabatnya, bahwa semalam beliau didatangi dua orang tamu. Dua tamu itu mengajak Rasulullah untuk pergi ke suatu negeri, dan Rasul menerima ajakan mereka. Akhirnya mereka pun pergi bertiga.
 
Ketika dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang yang tengah berbaring. Tiba-tiba di dekat kepala orang itu ada orang lain yang berdiri dengan membawa sebongkah batu besar. Orang yang membawa batu besar itu dengan serta merta melemparkan batu tadi ke atas kepala orang yang sedang berbaring, maka remuklah kepalanya dan menggelindinglah batu yang dilempar tadi. Kemudian orang yang melempar batu itu berusaha memungut kembali batu tersebut. Tapi dia tidak bisa meraihnya hingga kepala yang remuk tadi kembali utuh seperti semula. Setelah batu dapat diraihnya, orang itu kembali melemparkan batu tersebut ke orang yang sedang berbaring tadi, begitu seterusnya ia melakukan hal yang serupa seperti semula.

Melihat kejadian itu, Rasulullah bertanya kepada dua orang tamu yang mengajaknya, “Maha Suci Allah, apa ini?”

“Sudahlah, lanjutkan perjalanan!” jawab keduanya.

Maka mereka pun pergi melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang lagi. Orang tersebut sedang terlentang dan di sebelahnya ada orang lain yang berdiri dengan membawa gergaji dari besi. Tiba-tiba digergajinya salah satu sisi wajah orang yang sedang terlentang itu hingga mulut, tenggorokan, mata, sampai tengkuknya. Kemudian si penggergaji pindah ke sisi yang lain dan melakukan hal yang sama pada sisi muka yang pertama. Orang yang menggergaji ini tidak akan pindah ke sisi wajah lainnya hingga sisi wajah si terlentang tersebut sudah kembali seperti sediakala. Jika dia pindah ke sisi wajah lainnya, dia akan menggergaji wajah si terletang itu seperti semula. Begitu seterusnya dia melakukan hal tersebut berulang-ulang.

Rasulullah pun bertanya, “Subhanallah, apa pula ini?”

Kedua tamunya menjawab, “Sudah, menjauhlah!”

Maka mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Selanjutnya mereka mendatangi sesuatu seperti sebuah tungku api, atasnya sempit sedangkan bagian bawahnya besar, dan menyala-nyala api dari bawahnya. Di dalamnya penuh dengan jeritan dan suara-suara hiruk pikuk. Mereka pun melongoknya, ternyata di dalamnya terdapat para lelaki dan wanita dalam keadaan telanjang. Dan dari bawah ada luapan api yang melalap tubuh mereka. Jika api membumbung tinggi mereka pun naik ke atas, dan jika api meredup mereka kembali ke bawah. Jika api datang melalap, maka mereka pun terpanggang.

Rasulullah kembali bertanya, “Siapa mereka?”

Kedua tamunya menjawab, “Menjauhlah, menjauhlah!”

Akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka mendatangi sebuah sungai, sungai yang merah bagai darah. Ternyata di dalam sungai tadi ada seseorang yang sedang berenang, sedangkan di tepi sungainya telah berdiri seseorang yang telah mengumpulkan bebatuan banyak sekali. Setiap kali orang yang berenang itu hendak berhenti dan ingin keluar dari sungai, maka orang yang ditepi sungai mendatangi orang yang berenang itu dan menjejali mulutnya sampai ia pun berenang kembali. Setiap kali si perenang kembali mau berhenti, orang yang di tepi sungai kembali menjejali mulut si perenang dengan bebatuan hingga dia kembali ke tengah sungai.

Rasulullah pun bertanya, “Apa yang dilakukan orang ini?!”

“Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya.

Maka mereka pun melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan kali ini, mereka mendapatkan seseorang yang amat buruk penampilannya, sejelek-jeleknya orang yang pernah kita lihat penampilannya, dan di dekatnya terdapat api. Orang tersebut mengobarkan api itu dan mengelilinginya.

“Apa ini?!” tanya Rasulullah

“Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya.

Lalu mereka melanjutkan perjalanan lagi. Dalam perjalanan mereka menemukan sebuah taman yang indah, dipenuhi dengan bunga-bunga musim semi. Di tengah taman itu ada seorang lelaki yang sangat tinggi, hingga Rasulullah hampir tidak bisa melihat kepala orang itu karena tingginya. Di sekeliling orang tinggi itu banyak sekali anak-anak yang tidak pernah Rasul lihat sebegitu banyaknya.

Melihat itu, Rasulullah kembali bertanya, “Apa ini? Dan siapa mereka?”

Kedua tamunya menjawab, “Menjauhlah, menjauhlah!”

Maka mereka pun pergi berlalu. Lalu mereka menyaksikan sebuah pohon yang amat besar, yang tidak pernah Rasul lihat pohon yang lebih besar dari ini. Pohon ini juga indah. Kedua tamu Rasul berkata, “Naiklah ke pohon itu!”

Lalu mereka pun memanjatnya. Rasul dituntun menaiki pohon dan dimasukkannya ke dalam sebuah rumah yang sangat indah yang tak pernah Rasul lihat seumpamanya. Di dalamnya terdapat lelaki tua dan muda. Lalu mereka sampai pada sebuah kota yang dibangun dengan batu bata dari emas dan perak. Mereka mendatangi pintu gerbang kota itu. Tiba-tiba pintu terbuka dan mereka memasukinya. Mereka disambut oleh beberapa orang, sebagian mereka adalah sebaik-baik bentuk dan rupa yang pernah kita lihat, dan sebagiannya lagi adalah orang yang seburuk-buruk rupa yang pernah kita lihat. Kedua tamu yang bersama Rasulullah berkata kepada orang-orang itu, “Pergilah, dan terjunlah ke sungai itu!”

Ternyata ada sungai terbentang yang airnya sangat putih jernih. Mereka pun segera pergi dan menceburkan dirinya masing-masing ke dalam sungai itu. Kemudian mereka kembali kepada Rasululullah dan dua tamunya. Kejelekan serta keburukan rupa mereka tampak telah sirna, bahkan mereka dalam keadaan sebaik-baik rupa!

Lalu kedua orang tamu Rasulullah berkata, “Ini adalah Surga ‘Adn, dan inilah tempat tinggalmu!”

“Rumah pertama yang kau lihat adalah rumah orang-orang mukmin kebanyakan, adapun rumah ini adalah rumah para syuhada’, sedangkan aku adalah Jibril dan ini Mika’il. Maka angkatlah mukamu (pandanganmu).”

Maka mata Rasulullah langsung menatap ke atas, ternyata sebuah istana bagai awan yang sangat putih. Kedua tamu Rasulullah berkata lagi, “Inilah tempat tinggalmu!”

Rasulullah berkata kepada mereka, “Semoga Allah memberkati kalian.”

Kedua tamu itu lalu hendak meninggalkan Rasulullah. Maka Rasulullah pun segera ingin masuk ke dalamnya, tetapi kedua tamu itu segera berkata, “Tidak sekarang engkau memasukinya!” [1]

“Aku telah melihat banyak keajaiban sejak semalam, apakah yang kulihat itu?” tanya Rasulullah kepada mereka.

Keduanya menjawab, “Kami akan memberitakan kepadamu. Adapun orang yang pertama kau datangi, yang remuk kepalanya ditimpa batu, dia itu adalah orang yang membaca Al Qur’an tetapi ia berpaling darinya, tidur di kala waktu shalat fardhu (melalaikannya). Adapun orang yang digergaji mukanya sehingga mulut, tenggorokan, dan matanya tembus ke tengkuknya, adalah orang yang keluar dari rumahnya dan berdusta dengan sekali-kali dusta yang menyebar ke seluruh penjuru. Adapun orang laki-laki dan perempuan yang berada dalam semacam bangunan tungku, maka mereka adalah para pezina. Adapun orang yang kamu datangi sedang berenang di sungai dan dijejali batu, maka ia adalah pemakan riba. Adapun orang yang sangat buruk penampilannya dan di sampingnya ada api yang ia kobarkan dan ia mengitarinya, itu adalah malaikat penjaga neraka jahannam.

Adapun orang yang tinggi sekali, yang ada di tengah-tengah taman, itu adalah Ibrahim AS. Sedangkan anak-anak di sekelilingnya adalah setiap bayi yang mati dalam keadaan fitrah.”



Lalu di sela-sela penyampaian cerita ini, para sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan anak orang-orang musyrik?”

Rasulullah menjawab, “Dan anak orang-orang musyrik.”

Lalu Rasulullah SAW melanjutkan ceritanya.

Adapun orang-orang yang sebagian mukanya bagus, dan sebagian yang lain mukanya jelek, mereka itu adalah orang-orang yang mencampuradukan antara amalan shalih dan amalan buruk, maka Allah mengampuni kejelekan mereka. []

Maraji’: Riyadhush Shalihin

_______________
Catatan kaki:

[1] Dalam hadits riwayat Bukhari lainnya, dikisahkan bahwa kedua tamu Rasulullah itu mengatakan kepada Rasulullah SAW, “Kamu masih memiliki sisa umur yang belum kamu jalani, jika kau telah melaluinya maka kau akan masuk rumahmu.” (HR. Bukhari)
Jangan lupa di like Gan

Di Depan Akademisi Cambridge, Mantan Pastor Itu Berkisah Kenapa Pilih Islam

REPUBLIKA.CO.ID, "Bukan saya yang mencari Islam, Islam yang menemukan saya," kata Idris Tawfiq. Ia berbicara di depan akademisi dan keluarga besar universitas papan atas Inggris, Cambridge. Di perguruan tinggi ini tengah dihajat acara tahunan Experience Islam Week, acara untuk pengenalan Islam dan toleransi.

Ia mengaku, tak ada masalah dengan masa lalunya. "Saya mencintai pekerjaan dan masa lalu saya, namun hati saya seperti dipandu memilih Islam," katanya. "Setelah menjadi Muslim, saya menemukan kedamaian yang tak pernah saya temukan sebelumnya."

Menurutnya, keputusannya memilih Islam adalah keputusan terbesar dalam hidupnya. Ia masih melakukan pelayanan, ketika kemudian hatinya berbicara lain. Sampai suatu saat, timbul keberanian untuk menyatakan behenti dan mundur. "Saya merasa sendiri setelah itu," katanya.

Pertama kali, ia menyatakan berhenti menjadi pastor. Namun, ia tetap memegang kayakinan lamanya, sambil terus belajar Islam. "Saya tidak bermaksud mengubah iman saya itu bukan bagian dari rencana saya sama sekali," katanya.

Ia menyatakan, tinggal dan besar di Inggris selama 40 tahun, ia punya pandangan stereotip tentang Muslim. Tapi saat liburan di Mesir, ia bertemu dan berteman dengan banyak orang Muslim, dan mengatakan bahwa ia mulai menyadari persepsi tentang keyakinan Islam. "Keyakinan lama saya perlahan luntur, dan Islam menjadi lebih menarik perhatian saya," katanya.

Menurutnya, ajaran Islam sebenarnya sangat indah. "tak benar Islam mengajarkan kekerasan. "Jika Anda menyelami ajaran Islam, Anda akan menemukan ajaran agama ini benar-benar sangat indah, sangat lembut, dan manis," katanya.

Ia menyarankan satu hal bagi mereka yang tengah belajar Islam. "Sebelum Anda membuah keputusan, tarik nafas dalam-dalam dan dengarkan apa kata Islam. Kemudian, penahi pola pikir Anda," katanya.

Saat ini, Tawfiq memutuskan untuk tinggal di Mesir. Ia mengaku tak gamang dengan perubahan politik di negeri itu. "Satu hal yang diajarkan Islam adalah, jangan pernah terkejut dengan apapun yang datang dalam kehidupan kita. Di Mesir, semua terbukti. Siapa yang menduga hanya dalam tiga pekan tiran yang 30 tahun lebih berkuasa bisa tumbang," katanya.
Redaktur: Siwi Tri Puji B
Sumber: Cambridge News/BBC
Jangan lupa di like Gan

Kisah Isa & Al Quran Menjadi Jembatan Abdulhadi Menuju Islam

REPUBLIKA.CO.ID, Abdulhadi, 23 tahun, dibesarkan dalam ajaran Katholik. Orangtuanya berdarah Polandia, negara di mana, menurut penuturannya, Katholik adalah agama utama dan ajarannya menjadi praktek hidup keseharian warganya.

"Saya diajari berdoa sejak kecil dan dibaptis dalam gereja," tuturnya. "Saat itu sangat menyenangkan," aku Abdulhadi.

Namun ketika menginjak masa remaja, ia merasa agama tak ada lagi berarti. "Nol, saya juga meragukan semua eksistensi," ungkap Abdulhadi.

Ia gelisah. Banyak pertanyaan muncul di benaknya, seperti dari mana ia berasal dan mengapa ia hidup. "Tapi saya tidak menemukan jawaban." ujarnya.

Saat pencarian itu ia mengaku mengalami kondisi sulit yang ia analogikan sebagai tamparan keras. "Tiga hingga empat kali saya ditampar dan itu sangat menyakitkan," tuturnya tanpa mau menceritakan detail kisah sulitnya.

Saat kian gelisah ia bertemu seorang teman. Temannya bergama Islam. "Ia tak mengatakan apa-apa pada saya, hanya mengajak saya untuk menjauhi keburukan," ungkapnya.

Ajakan itu ia pandang masuk akal. Saat mulai hidup teratur ia kembali tenang, ketika itu pulalah Abdulhadi mengingat Tuhan lagi.

Selama ini ia selalu menyimpan sebuah injil di rak buku. Mengetahui itu teman Muslimnya tadi berkata, "Kalau kamu punya injil seharusnya kamu punya Al Qur'an pula."

Terganggu dengan ucapan itu Abdulhadi pun terdorong untuk mempelajari injil yang ia miliki. "Terus terang saya berkata pada diri sendiri bahwa kalau saya harusnya menyelidiki dan mempelajari agama saya dulu pertama kali," ungkapnya.

Ketika ia selesai membaca injil ia pun mulai membandingkan kitab tersebut dengan Al Qur'an. Dalam proses itu ia menemukan Jesus sebagai jembatan, karena ternyata Jesus pun disebut dalam kitab suci Agama Islam itu, sebagai Isa.

"Itulah yang mendorong saya untuk tahu lebih lanjut," ujarnya. Abdulhadi pun mulai membaca setiap kalimat dalam Al Qur'an.

Saat membaca ia merasa heran sekaligus takjub. "Buku ini luar biasa saya sungguh tidak menemukan keraguan terhadap satu pun kalimat di dalamnya," ujarnya.

"Ketika kita membaca buku lain, filsafat, saya masih menemukan ada sesuatu yang meragukan, tapi tidak di Al Qur'an" kata Abdulhadi. "Ini sungguh kitab kebenaran."

Saat timbul pemikiran itu ia pun membisikkan harapan ke dalam benaknya ingin menjadi seorang Muslim. "Benar-benar karena membaca Al Qur'an tak ada penyebab utama lain, namun keinginan hati saya begitu kuat untuk memeluk Islam."

Abdulhadi memeluk Islam pada 2005 lalu. Ia mengaku telah menjalani Ramadhannya yang ke-7.

"Saya kira setiap orang harus mempelajari benar-benar agama yang mereka anut," ujarnya. Ucapan Abdulhadi mengacu pada teman-teman Muslim lain yang ia jumpai banyak pula yang tak melaksankan ajaran dan beribadah sesuai perintah agama.

"Ini mengingatkan saya ketika remaja dulu. Sebagai pemeluk Katholik saya pun tak jarang beribadah." ujarnya.

Abdulhadi memandang setiap orang pada intinya memiliki kecenderunga jiwa yang sama, baik ia menganut Hindu, Budha atau agama Nasrani. "Mereka pasti memiliki pertanyaan mendasar, mengapa kita diciptakan di muka bumi," kata Abdulhadi.

"Resepnya sederhana saja, carilah dan mulailah dari keyakinan yang kita peluk. Pada akhirnya perilaku kita pun akan berubah,' ujarnya.

Ia juga menekankan bagi mereka yang mencoba mencari jawaban dalam hidup agar tidak menutup diri dari mempelajari keyakinan lain.

"Seperti yang telah saya lakukan. Siapa yang mencari pasti akan menemukan jawabannya. Nanti kita akan dituntun untuk menemukan bahwa Islam adalah agama yang mampu menjawab semua pertanyaan."  ujarnya penuh keyakinan.

Redaktur: Ajeng Ritzki Pitakasari
Sumber: YouTube/Berbagai Sumber
Jangan lupa di like Gan

Seindah Sahabat Mencintai Rasulullah: Detik Terakhir

Genderang perang sebentar lagi ditabuh. Badar tak lama lagi akan berkecamuk. Sang Rasul, bergegas menyiapkan pasukan kaum muslimin. Inspeksi pun dimulai. Sambil memegang sebuah anak panah, panglima kaum muslimin itu pun memeriksa pasukan, satu persatu.

Tibalah beliau di hadapan Sawwad bin Ghazyah. Posisi tubuhnya agak melenceng dari barisan. Dia tidak berbaris rapi. “Luruskan barisanmu, wahai Sawwad!” Hardik Rasul sambil memecutkan anak panah di genggamannya ke perut Sawwad.

“Wahai Rasulullah!” sergah Sawwad, “Engkau telah membuat perutku kesakitan,” akunya “Dan bukankah Allah telah mengutusmu dengan kebenaran dan keadilan. Biarkan aku membalasmu.” pinta Sawwad kepada Rasul. Sontak, semua sahabat yang mendengar ucapan Sawwad ini terkaget. Selancang inikah Sawwad kepada Rasul yang mereka cintai?

Tapi Rasul tak berpikir panjang. Beliau singkapkan bagian pakaiannya. Tampak putih kulit perutnya.     “Silakan, balaslah!” tegas sang Rasul mempersilakan Sawwad membalas pukulan ke perutnya.

Hati para sahabat berdebar-debar. Pikiran mereka disesaki seribu tanya. Sedemikian nekadnya kah Sawwad? Apa yang ia pikirkan hingga ingin melakukan perbuatan terkutuk itu? Bukankah Rasul adalah komandannya dan pemimpin mereka di medan tempur? Dan bukankah pukulan ke perutnya itu adalah ganjaran atas ulah kecerobohannya? Ah, mana mungkin kekasih pilihan mereka ini akan disakiti. Hati mereka seakan berontak. Tapi apa daya, Sang Rasul telah mengambil putusan. Dan Sawwad pun sedang mengambil ancang-ancang.

Saat pikiran para sahabat mulia itu masih berkecamuk dengan sejuta tanya. Secepat kilat Sawwad menyergap perut Sang Rasul. Dipeluknya tubuh manusia termulia itu. Diciumnya halus kulit Hamba dan utusan Allah yang dia cintai. Beraur haru, para sahabat semakin terheran.

“Apa yang mendorongmu melakukan hal seperti ini, hai Sawwad!” tanya Rasul setelah beliau menyaksikan apa yang dilakukan Sawwad.

“Wahai Rasulullah!” Jawab Sawwad, “Engkau telah menyaksikan apa yang kau lihat. Aku ingin di detik terakhirku membersamaimu, kulitku bisa menyentuh kulit (tubuhmu).” aku Sawwad blakblakan namun penuh ketulusan.

Para sahabat terharu. Mereka baru mengerti apa yang diinginkan Sawwad. Maka mengalirlah do’a-do’a Rasulullah untuk keberkahan sahabatnya yang unik ini. Tanpa terasa, apa yang dilakukan Sawwad telah menyirami komitmen mereka untuk mencintai rasul-Nya. Seperti inilah para sahabat mencintai Rasulullah. Adakah kita mencintainya setulus sahabat mencintainya?



Kisah ini bersumber dari atsar yang diriwayatkan Ishak dari Ibnu Hibban dari Was’i dari para syekh kaumnya. Dan dinukil Syekh Walid al ‘Adzami dalam bukunya Ar Rasuul Fii Quluubi ash haabihii yang diterjemahkan (dengan sedikit tambahan redaksional) oleh Ufuk Islam. Beberapa referensi yang bisa dijadikan rujukan tentang kisah ini: Sirah Ibnu Hisyam (jilid 2 halaman 279-280), Tarikh At Thabari (3/1319), Al Isti’ab (2/673) dan beberapa referensi lainnya.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/01/18334/seindah-sahabat-mencintai-rasulullah-detik-terakhir/#ixzz1l4oh3rcP
Jangan lupa di like Gan

Klik here and you will pay

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.
UA-86117584-1