Sabtu

Adab di kala sakit : Abdullah Gymnastiar

Semoga Allah Swt. yang menguasai tubuh kita memberikan karunia kesehatan lahir dan batin yang dapat disyukuri. Dalam tulisan berikut ini akan kita bahas kesabaran ketika kita sedang ditimpa sakit.

“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan, ‘Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun’” (QS Al-Baqarah [2]: 155-156).

Ayat di atas hendaknya menjadi tuntunan bagi kita ketika sedang ditimpa musibah, khususnya sakit.
  • Berprasangka baik kepada Allah
Dengan sabar dan berprasangka baik kepada Allah kita akan menyadari bahwa tubuh ini sebenarnya milik Allah bukan milik kita. Sedikitpun kita tak punya kuasa pada tubuh ini. Maka yakinilah selalu bahwa setiap sakit yang kita derita pada hakikatnya sudah diukur oleh Allah. Bahkan sampai yang “luar biasa” pun telah diukur oleh Allah. Karena itu, biasakanlah untuk selalu mengucapkan, “Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun”, saya adalah milik Allah, Allah sangat mampu berbuat apa saja kepada diri ini. Karena, kalau saja tenggorokan ini milik kita, maka kita akan melarangnya untuk terbatuk-batuk. Kenyataannya, tetap saja tubuh ini milik Allah yang tidak bisa kita atur seenaknya.
  • Tidak berkeluh kesah
Akhlak kedua agar kita bisa bersabar ketika sakit adalah berusaha untuk tidak berkeluh kesah. Sebab keluh kesah termasuk tanda-tanda dari ketidaksabaran, Ngarasula kalau dalam bahasa Sunda. Sampai-sampai berucap begini, “Auuhhh…aing ieu mah nyeri pisan” (Aduh, ini sakit sekali rasanya). “Alaahhh siah mah ieu mah teu kuat, ngajeletotna kabina-bina” (Aduh mak, nggak kuat, sakitnya sakit sekali).
Biasanya, orang menderita itu bukan karena sakitnya, tapi karena dramatisasinya. Dan termasuk tidak sabar kalau kita ingin menceritakan sakit kita dan yang diceritakan itu lebih daripada kenyataan. Belum-belum berkata begini, “Aduuuhh, ieu, peurih…, peurih yeuh” (Aduuh, ini sakit sekali). Oleh karena itu, betapapun parahnya penyakit kita, cobalah untuk memproporsionalkannya. Tak usah kita sampai berteriak-teriak segala. Maka ketika kita sakit cobalah latihan sabar untuk tidak mendramatisirnya.
  • Mentafakuri hikmah sakit ( Intropeksi Diri )
Bersabar dalam menafakuri hikmah sakit dapat pula berarti bersabar menjalani proses sakit yang kita alami. Dengan begitu, salah satu hikmah sakit yang bisa kita reguk ialah kesempatan kita bermuhasabah, mengintrospeksi diri, terutama terhadap sejumlah kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan.
  • Menyempurnakan ikhtiar untuk sembuh
Ada kalanya orang yang sakit bertahun-tahun terus mengeluh karena penyakit yang ia derita tidak sembuh-sembuh, padahal telah berobat kesana-kemari. Untuk itu bersabarlah, karena sakit juga akan menggugurkan dosa-dosa kita. Tidak ada yang salah dengan sakit. Yang salah adalah sikap kita terhadapnya.
  • Berniat untuk sembuh
Terakhir, kita harus terus ber-azam untuk berniat sembuh. Sabar untuk berniat sembuh akan memotivasi kita agar tidak menyerah pada rasa sakit. Dengan begitu akan membuat diri kita benar-benar sembuh, tidak cuma sembuh secara fisik tapi juga sembuh dari sisi spiritual. Inilah yang sering kita sebut dengan sehat wal’afiat. Ukurannya adalah, ketika kita sembuh ibadah kita justru makin meningkat. Karena sakit justru telah menjadi sarana peningkatan ibadah dan inilah yang akan mengantarkan kita untuk lebih baik lagi dalam mengarungi hidup dengan penuh kesabaran. Wallahu a’lam bishshawab.

Jangan lupa di like Gan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Klik here and you will pay

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.
UA-86117584-1